Memahami dampak jangka panjang kecelakaan nuklir dan paparan logam berat terhadap kesehatan serta lingkungan memerlukan kolaborasi ilmiah yang kuat dan strategi berbasis bukti. Untuk memperkuat pengetahuan di bidang ini, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, melalui Center of Clinical Toxicology and Environmental Health, telah sukses menyelenggarakan Kuliah Tamu pada 27 Agustus 2025.
Program ini menghadirkan pembahasan mengenai “Lesson from Fukushima Nuclear Accident” dan “Heavy Metal Measurement in Bioassay using TXRF vs ICP-MS”, yang mempertemukan para pakar, akademisi, serta mahasiswa untuk bertukar wawasan terkait toksikologi lingkungan, keselamatan radiasi, dan kesehatan masyarakat.
Kuliah Tamu ini dihadiri oleh lebih dari 200 mahasiswa dan staf akademik. Sesi utama dibawakan oleh Prof. Shinji Tokonami, Ph.D. (Hirosaki University, Jepang) dan Dr. Eka Djatnika Nugraha, S.Si., M.Hs. (Badan Riset dan Inovasi Nasional/BRIN, Indonesia). Prof. Tokonami membagikan pelajaran penting dari Kecelakaan Nuklir Fukushima 2011, mulai dari manajemen risiko, penanganan darurat, hingga strategi mitigasi kesehatan masyarakat. Sementara itu, Prof. Eka memberikan wawasan komparatif mengenai metode analisis Total Reflection X-Ray Fluorescence (TXRF) dan Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS) untuk deteksi logam berat dalam sampel biologis, khususnya dalam konteks paparan lingkungan dan penilaian risiko kesehatan manusia.
Para peserta memperoleh pemahaman komprehensif mengenai implikasi global kecelakaan nuklir serta kemajuan teknis dalam pengukuran unsur jejak pada bioassay. Sesi ini menekankan bagaimana riset toksikologi dan inovasi metodologi dapat mendukung kesiapsiagaan kesehatan masyarakat serta pembuatan kebijakan di Indonesia maupun di tingkat internasional.
Kegiatan ini mencerminkan komitmen Universitas Diponegoro dalam mendorong kolaborasi internasional di bidang riset kesehatan lingkungan dan kesehatan di komunitas, memperkuat kapasitas akademik, serta mempromosikan penerapan praktis dari temuan ilmiah. Dengan menghadirkan pakar dari Jepang dan Indonesia, Fakultas Kedokteran UNDIP berharap dapat mendorong kemitraan riset berkelanjutan untuk menjawab tantangan kontemporer di bidang riset kesehatan lingkungan dan kesehatan di komunitas.